Category Archives: arkeologi
situs, blusukan, artefak, sejarah, arkeologi
Blusukan pendopo Kabupaten Blitar
Hari masih sangat terik ketika akhirnya saya bertemu dengan patner blusukan hari ini,
berencana untuk berkeliling di sekitar daerah Minggir Sari, Blitar namun mengingat kondisi yang tidak memungkinkan saya dan patner kali ini bersepakat untuk memulai perjalanan dengan berbekal semngkok bakso di depan Lapas Kota Blitar. Sambil berbincang, tak terasa semangkok bakso+lontong dan segelas es pleret bonus kacang pun tandas.
Ngobrol punya obrol kamipun melirik tepi utara alun-alun kota, dan menyadari bahwa di sana ada objek menarik yang belum pernah saya masuki. And then, kesanalah akhirnya tujuan blusukan kali ini
Tepat berada di sebelah utara alun-alun kota Blitar, berdirilah dengan megah pendopo Kabupaten Blitar. dulu pusat pemerintahan kabupaten Blitar pernah berada disini sebelum kemudian berpindah. Di pendopo ini pernah tersimpan berbagai benda purbakala yang merupakan temuan di seluruh wilayah Kabupaten Blitar sebelum kemudian semuanya dipindahkan ke museum resmi yang terletak tidak jauh dari Candi Penataran
Sekarang, gedung ini masih digunakan sebagai sekretariat bersama, terdapat beberapa bangunan dinas yang masih difungsikan seperti gedung PKK, Bapeda kabupaten Blitar.
pun, masih ada beberapa tinggalan benda cagar budaya yang masih bertahan di sekitaran pendopo kabupaten ini, entah belum dipindahkan, terlupa dipindahkan atau menunggu dipindahkan
Beberapa diantaranya cukup berada di dalam kawasan yang aman yang tidak mudah dijangkau oleh masyarakat umum. misalnya arca Ganesha yang berinskrinspi. atau yang lebih dikenal dengan nama prasasti Karangtengah I. terdapat pula sebuah paniel relif yang keduanya disimpan berbarengan dengan panji-panji kabupaten Blitar yang kemungkinan digunakan dalam upacara hari jadi peringatan kabupaten blitar atau upacara penting lainnya
candi sari, suatu pagi…
Hari ini, berteman dengan gerimis saya berangkat ke candi Sari. Sebuah candi Budha yang terletak tak jauh dari tepi jalan jogja-solo. Cukup mudah menjangkaunya, setelah menunggu beberapa menit di pom bensin maguwo ( seperti kesepakatan bersama di grup ) kami ber lima melaju menyusuri jalan raya yang cukup padat pagi ini. Tepat di sebelah timur restoran ayam bakar (yang katanya) gak laku, ambil jalan ke ke barat ikuti saja jalan daratnya dan candi Sari ada di ujung jalan itu.
Candi dengan dua tingkat ini, terletak di sebelah timur laut candi kalasan. Di dusun bendan, desa Tirtomartani. Berdasarkan kesamaan pola hias dan adanya teknik bajralepa, diperkirakan candi ini dibangun pada abad 8 M sejaman dengan candi Kalasan.
Keberadaan candi ini pertama kali diketahui dari gambaran HN SEinburg di tahun 1840, dengan kondisi yang sudah rusak. Pemugaran pertama dilakukan pada tahun 1929/30. denah empat persegi panjang dgn ukuran 17,3 x 10 m. Dengan dihiasi 38 relief bodhisatwa dan makluk kayangan sepasang kinara-kinari yang mengapit jendela.
Candi sari merupakan salah satu bangunan bertingkat dengan tingkat atas diperkirakan berlantai kayu
candi bernafaskan agama Budha ini cukup menarik, mengingat bangunan berlantai dua sangat jarang ditemukan di Indonesia salah satunya adalah candi Sari ini. Dengan pintu masuk menghadap timur. Kaki candi yang hanya tampak sebagian dengan sebagian batuan yang telah hilang tak mengurangi kemegahannya.
Pada bagian bawah kaki candi, terdapat relief orang yang sedang menunggang gajah, pada setiap sisi terdapat jendela yang terbagi rata dan mengitari bagian tingkat atas dan bawah.
Tubuh candi terdiri dari tiga ruangan yang berjajar, yang masing-masing dihubungkan dengan lubang pintu diantara tembok pemisah. Pada bagian luar terpahat arca-arca yang diletakkan menjadi dua baris diantara jendela. Arca ini merupakan Bodhisatwa yang berjumlah 36 buah, masing-masing 8 buah di sisi timur, 8 di sisi utara, 8 di sisi selatan dan 12 di sisi barat. Pada umumnya arca ini memegang teratai dengan sikap tubuh Tribhangga.
Berada di sebelah kanan-kiri jendela terdapat pahatan kinara-kinari, yang mahluk kayangan berwujud setengah manusia setengah burung.
Banyak yang bilang bentuk bangunan candi serta ukiran relief yang ada pada dinding candi sangat mirip dengan relief di Candi Plaosan. Beberapa ruangan bertingkat dua berada persis di bawah masing-masing stupa. Melihat bentuk bangunan candi yang terdiri atas beberapa bilikcandi yang lantainya dari kayu, jendela bergeruji dari kayu, pintu yang terdiri dari kayu, maka dahulu candi Sari dipergunakan sebagai tempat tinggal atau Vihara yakni sebagai tempat meditasi dan asrama bagi pendeta menganjar para siswanya.
jalan jalan ke situs Tapan
Tubuh kami tak berbayang saat sampai di areal pesawahan di mana situs Tapan berada, tengah hari.
Sungguh waktu yang tak tepat untuk “blusukan”, apalagi kostum kami benar-benar mengundang decak heran petani yang sebagian besar tengah membajak tanah menyiapkan untuk musim tanam berikutnya.
Berbekal info lisan dari penjaga candi Sawentar, kami melanjutkan perjalanan ekspedisi hingga ke daerah Talun (Blitar Timur). dua kali bertanya dan sampailah kami di areal persawahan yang sangat luas. tanpa ada tanda-tanda adanya situs BCB (biasanya di Jawa Timur, BCB identik dengan kawat ijo berduri…)
sempat mengalami sedikit adegan dramatis ketika motor saya kebablasan dan terpaksa harus didorong dan di tarik naik ke areal yang aman… *serasa ada adegan fear factor dengan dikiri pematang sawah ada sungai kecil , dan di kanan pematang ada jurang yang lumayan dalam mengarah ke sungai Jari. salah satu sungai utama bagi penduduk desa Bendosewu.
menyusuri pematang sawah dan kolam, sampailah kami di rerimbunan kebun kopi. dan terbentanglah disana situs Tapan (berasal dari kata per-tapa-an = artinya tempat orang biasa memuja)
Sebetulnya berita tentang penemuan situs ini sudah masuk ke BP3 Trowulan sejak tahun 1995, namun pada awal 2010 ditindak llanjuti karena gencarnya laporan yang masuk ke Dinas tentang adanya penggalian liar yang dilakukan oleh oknum.
Menurut Danang Wahyu Utomo (arkeolog, BP3 Trowulan ) yang dilansir oleh beberapa media. Situs Tapan ini diiperkirakan sebagai tinggalan Majapahit, belum diketahui secara pasti kapan tepatnya candi ini dibagun karena belum ada penanggalan yang mengidikasikan hal tersebut. yang jelas situs ini merupakan Situs Hindu yang bercorak Siwais, hal ini dikuatkan dengan ditemukannya Yoni beserta dua buah nandi yang letaknya tidak jauh dari kompleks percandian.
situs Tapan memiliki struktur bangunan dari tumpukan batu bata merah dan beberapa arca terbuat dari batu andesit. Seperti umumnya candi-candi peninggalan Kerajaan Majapahit. Namun, Danang penasaran, karena pintu masuk situs di Bakulan ini menghadap ke timur. Sedangkan umumnya candi peninggalan Kerajaan Majapahit menghadap ke barat. “Situs Tapan ini juga terdapat beberapa arca berbentuk binatang (fable) dan arca Yoni sebagai perwujudan dewi kesuburan,” ujar Danang yang sudah sepuluh hari melakukan restorasi di situs Tapan. Danang dibantu sepuluh petugas dari BP3 Trowulan bekerja untuk mengumpulkan sejumlah arca yang sudah berserakan. “Berat arca ada yang mencapai ratusan kilogram,” ujarnya.
Kabid, warga yang ditugasi membersihkan dan menjaga situs menjelaskan bahwa Situs Tapan ini juga pernah di jarah oleh oknum yang tidak bertanggung jawab. “dulu, ada yang langsung nggali terus dikepras mbak”, kata beliau sembari menunjukkan dindin sebelah selatan yang digali secara sembarangan. ” Tapi,setelah ada orang dari Mojokerto (BP3), terus pada gak ada lagi.”
*****
temuan-temuan baru sepertinya akan sering bermunculan…
diperlukan kesadaran dan usaha keras untuk membuat hasil karya nenek moyang kita itu supaya tak lekang oleh jaman..
salam budaya!
salam lestari
(ditulis berdasarkan pengalaman, wawancara dg pak Kabid, dan berbagai sumber media)
-HP-