Menjadi Ibu Rumah Tangga Bahagia, bisa?

Kata temen salah satu komunitas belajar healing dengan mayoritas peserta ibu rumah tangga beliai pernah bilang, “Sebelum kamu memenuhi tangki cinta anakmu atau orang lain di sekitarmu, penuhilah tangki cintamu terlebih dahulu“.

Ya, saya mengamini pernyataan di atas. Bagaimanapun, menjadi ibu rumah tangga itu bukan sesuatu yang gampang. Dan tidak semua orang bisa. Dan mampu.

Familiar kan dengan ekspresi ini?

Familiar kan dengan foto di atas? Coba saya tanya siapa nih para ibu, terutama ibu rumah tangga yang tidak pernah ketemu selembar kain di setiap sudut rumah? Handuk di tempat tidur, satu kaos kaki nyempil di tengah rak buku, cantelan baju kotor di balik pintu kamar mandi, pun tumpukan cucian kering yang seakan memanggil untuk dibelai. Saya ? Jelas tidak dong, punya tiga anak yang masih aktif aktifnya tak mungkin bebas dari persoalan gombalan yang berserakan.

Senang? Jelas tidak. Karena semakin banyak yang berserakan pasti akan membuat tangki cinta kosong secepat kilat. Dan ketika tangki cinta ibu kosong, maka sasaran paling empuk adalah yang ada disekitarnya. Emosi, marah dan lagi lagi anak yang menjadi sasarannya.

Bicara tangki cinta, percaya tidak percaya. Ketika tangki cinta ibu penuh atau full tank maka ledakan emosi minim terjadi. Bingung? Coba bayangkan tangki cinta ini semacam perut yang kenyang, kalau perut kenyang apa yang terjadi, semangat kerja maksimal atau mungkin malah ngantuk. Nah kalau tangki cinta ibu penuh terus setiap saat maka yang terlihat ibu akan sangat bahagia. Dan ketika ibu bahagia, maka suasana rumah akan bahagia. Anak bahagia. Dan suasana rumah tangga ynng bahagia akan memanggil rejeki untuk mendekat. Mungkinkah? Bisakah? Hmmm, bisa gak ya?

Ada beberapa prasarat ketika ingin tangki cinta ini penuh. Salah satu diantaranya adalah rasa aman dan nyaman. Masih jelas pengalaman saya diawal menikah dan terpaksa harus LDM (mau baca pengalaman LDM saya bisa ke https://hennypuji.wordpress.com/2014/01/12/ldm-long-distance-marriage/ ) maka yang ada adalah rasa khawatie karena suami jauh di sana. Kekhawatiran ini tak pernah lagi saya rasakan ketika kami akhirnya memutuskan untuk boyongan, pindah semua ke Jogja. Dan percaya tidak percaya, rasa was was yang bikin hati tak tenang perlahan menghilang.

Ketika seorang ibu merasa aman, baik dari sisi ekonomi, psikis, sosial atau apapun. Ibu bisa lebih fokus dalam melakukan perannya sebagai ibu rumah tangga yang bahagia.

Dari pada kerja sendiri, kenapa tidak melibatkan anak.

Lalu apa yang bisa membuat ibu bahagia? Mari pilah dengan jeli persoalannya. Wahai ibu rumah tangga pujaan suaminya. Biasakan melihat secara persoalan dengan lebih detail. Ini kunci, semakin detail melihat masalah maka ibu akan lebih mudah mencari jalan keluar masalahnya.

Sebagai contoh saya nih, pekerjaan yang paling tidak suka dalam koridor rumah tangga tapi harus dan wajib saya jamah adalah setrika. Yess, dari dulu saya tak pernah menemukan apasih serunya setrika itu? Harus duduk dengan posisi yang sama berjam-jam, dihadapan aneka tumpukan lipatan pakaian yang setiap detik rasanya selalu bertambah. Belum lagi setelah setrika harus memasukkan ke lemari baju sesuai urutan tumpukan. Duh, mending saya nyuci piring daripada harus berpayah setrika. Tapi.. itu dulu.

Sekarang sih saya juga belum bisa berdamai dengan yang namanya setrika. Tapi daripada masalah saya berlarut larut, saya mencoba menyelesaikan permasalahan setrika ini lebih rinci. Proses saya berdamai dengan setrika diantaranya adalah :

  • Untuk baju di rumah yang tidak perlu rapi rapi amat, biasanya saya hanya lipat. Baju dalam, kerundung yang bahannya memang kusut cukup dilipat rapi. Dan ini bisa banget memberdayakan anak anak untuk membatu melipat bajunya sendiri
  • Baju suami, yang wajib disetrika saya pisah, menjadi most list setrika setelah seragam sekolah
  • Cuci kering langsung dilipat dan masuk lemari, tumpukan rapi langsung ke lemari, ada banyak tutorial melipat baju yang cepat dan rapi, salah satu yang sering saya pantengin ada di https://youtu.be/jDXwgIA_wlk?feature=shared

Nah, itu baru point bahagia yang datang dari setrika menyetrika. Salah satu masalah terbesar saya. Bisa jadi masalah ibu ibu lainnya berbeda dengan masalah saya. Ya intinya adalah cari masalah terbesarmu.. lalu cari cara pemecahannya sedetail mungkin. Nanti, kalau masalah terbesar sudah kelar masalah lain hanya akan terlihat seperti remahan rengginang.

Melibatkan anak anak dalam setiap proses dan kegiatan rumah tangga ini penting lho moms, misalnya kayak saya tadi untuk lipat melipat baju mereka saya sudah mulai biasakan sejak mereka kelas 1, pun juga mencuci baju dalam. Ya, bersih gak bersih ini masalah standar, awalnya memang pasti tak sesuai dengan standar kita. Tapi kan namanya mereka belajar pasti akan ada peningkatan kalau kita ingatkan.

Nyapu, ngepel, beresin tempat tidur, beresin mainan, menyiapkan baju seragam untuk esok hari. Itu salah satu hal yang bisa didelegasikan kepada anak anak. Sebagai salah satu sarana untuk mengajarkan kemandirian ke mareka juga sebetulnya. Jangan sampai anak udah mau lulus SD eh masih saja ibunya nganterin buku yang ketinggalan. Kalau diranah masak memasak, anak anak bisa kita libatkan banyak banget dalam aneka kegiatan perdapuran. Menyusun menu mingguan, siapin food pre bareng, kasih tugas masak nasi, cuci piring dan sendok bekas makan, atau merebus air untuk teh.

Dan, kalau kita sudah melakukan itu semua tapi tetap merasa belum bahagia? Hmm, saatnya moms panggil teman yaa.. bergabunglah dengan komunitas ibu ibu yang vibes nya positif yaa.. biar ketularan aura positifnya. Mau tau rekomendasi komunitas belajar ibu ibu? Nanti coba saya tuliskan di artikel yang lainnya.

Nah, menjadi ibu rumah tangga yang bahagia, Bisa? Jelas harus bisa dong. Karena di tangan ibu dengan keluarga yang bahagia, letak masa depan bangsa kita lebih baik.

Tinggalkan komentar