0

Anakku sudah gede

“Ibuk, kapan-kapan aku mau dibelikan miniset ya.”

Foto dicomot dari laman : http://www.megangetsreal.com lewat pinterest

Ucapan Nadine sontak membuat saya terperangah. Hah? Miniset? Yang itu.. Masa sih anakku sudah perlu? Kan dia baru kelas 3.  Segudang pertanyaan, dan sangkalan pun bermunculan. Bukan, bukan saya menolak menua. Tapi rasa-rasanya baru kemarin saya timang-timang, saya ajak jalan beli es krim. Eh sekarang sudah minta miniset saja.

Selidik punya selidik, dari hasil ngobrol lebih dalam. Nadine cerita kalau teman-temannya ada yang sudah pakai miniset di sekolah. Ada tiga anak tepatnya. Hmm, jangan jangan keinginan beli miniset bukan karena merasa sudah perlu pakai, tapi lebih ke kepengin seperti temannya. Tapi apapun alasannya, alarm tumbuh kembang saya berdengung halus.. anakku sudah gede.

Ingatan saya melayang ke beberapa puluh tahun silam, miniset pertama saya berbarengan saya dapatkan dengan haid pertama. Sekitar jelang akhir kelas 5 SD. Sembari memberi tahu cara memakai pembalut, almh ibu juga menyiapkan dua miniset untuk saya pakai bergantian. Kata ibu saat itu, bahwa saya sudah remaja putri. Harus hati hati menjaga diri. Menjaga kebersihan baik saat haid ataupun tidak. Saya lupa bahan dan bentuk miniset pertama saya, tapi seingat hanya petuah singkat tadi yang terus membekas di ingatan saya hingga sekarang.

Tak ingin Nadine mendapatkan pengalaman yang sama, maka saya pun mulai menyiapkan beberapa hal. yah, walaupun tentunya saya browsing sana sini dan juga bertanya ke beberapa teman yang punya pengalaman menemani anak gadis masuk masa remajanya. Jujur mau bertanya sama ibu kan yo sudah g mungkin.

Beberapa kegiatan yang saya lakukan bersama dengan Nadine semacam hitung hitung persiapan dia menuju haid pertama. Diantaranya adalah

  • Browsing aneka miniset, bahan dan ukuran. Saya tak ingin Nadine seperti saya yang hanya tinggal terima. Bahkan dulu saya sempat merasa malu saat harus beli bra sendiri. Saya ingin menanamkan, bahwa beli dan memilih pakaian dalam itu sama seru dan menariknya seperti kita sedang beli baju luar atau beli sepatu. Baju dalam yang nyaman akan membuat aktivitas kita lebih enak dan menyenangkan. Yang tentunya akan mendukung peningkatan produktivitas nantinya. Termasuk juga bahwa miniset ini ada waktunya untuk berhenti dipakai, ketika payudaranya semakin besar, maka harus berganti ke pakaian dalam yang lebih sesuai.
  • Memperbanyak kuantitas ngobrol terutama topik terkait pendidikan seksual sederhana. Kami, saya dan suami termasuk orang tua yang merasa wajib membekali anak dengan pengetahuan pendidikan seksual. Yah, bagaimanapun juga kami sadar bahwa kami tak selamanya bersama mereka. Maka paling tidak mereka tahu batasan mana yang boleh disentuh dan mana yang tidak boleh disentuh oleh lawan jenis. Karena punya anak berbeda jenis kelamin mau tak mau memang ada batasan dan perbedaan dalam pengasuhan terkait pengenalan pendidikan seksual. Kenapa adek punyanya penis dan bukan vagina, kenapa adek sunat dan kakak tidak, kenapa kalau pipis adek boleh berdiri sedangkan kakak tidak. Moment ngobrol ini menjadi salah satu moment penting untuk masuknya aneka filter ala keluarga yang harapannya akan dipegang anak nantinya.
  • Belanja pakaian dalam bareng, yup dan ternyata Nadine menikmati moment belanja bersama. Memilah dan memilih mana miniset yang pas dan cocok dengannya. Bukan karena modelnya saja yang lucu tapi juga ada aspek bahan yang patut dipertimbangkan. Bahkan tadi kami dapat bonus Nadine memilihkan kaos dalam buat adek bayi. Katanya, “Yang bahannya halus aja ibu, kasihan kalau adek kepanasan kalau bahannya kasar.” Aih, mengembang hidung saja, ikut bahagia dan bangga atas pilihan dia untuk adiknya.
  • Belajar tentang kebersihan diri. Kalau sesi belajar kebersihan diri ini sebetulnya proses yang terus berlanjut dan berlangsung. Sementara Nadine masih di tahap wajib mencuci sendiri pakaian dalamnya saat mandi. Kenapa? Ya jangan sampai pakaian dalam masuk ke laundry lah.. bagaimanapun pengaman bagian privat ini menurut saya masih berupa tanggung jawab pribadi. Jangan memasrahkan pada orang lain. Saru kalau ibu saya bilang.
  • Memperkuat iman, sedikit demi sedikit saya mulai menertibkan shalat Nadine. Sembari sedikit banyak mulai dimasukkan pengetahuan tentang mandi wajib, amalan yang bisa dilakukan saat haid.
  • Baca buku ttg pendidikan seksual bersama.
  • Berdiskusi tentang kegiatan apa saja yang bisa dilakukan bersama. Ini semacam memberikan alternatif kegiatan yang bisa dilakukan di masa remajanya kelak. Kan kata orang masa remaja itu masa yang penuh gejolak dan penuh energi, ya minimal ketika sekarang mulai dikenalkan siapa tau kedepan bisa untuk penyaluran minat dan bakat dia.

Masih banyak sebetulnya yang harus kami siapkan untuk bisa menemani anak anak aman dan nyaman memasuki masa remajanya. Bismillah, semoga dimampukan.